JALADRINEWS.COM - DKI Jakarta sebagai sentral perekonomian sekaligus kota metropolitan identik dengan kompleksitas permasalahannya dan sering kali dianggap kota yang tak pernah tidur. Jakarta bukan hanya pusat ekonomi lebih dari itu Jakarta adalah pusat pemerintahan, politik, sekaligus pusat mimpi banyak orang yang datang dari berbagai daerah.
Hal ini dikatakan oleh Ketua Harian Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Aruji Wahyono dalam Seri Diskusi Publik III pra-Konferda V GMNI Jakarta Raya dengan mengangkat tema “Menumbuhkan Jakarta Kota Berdikari secara Ekonomi di Tengah Arus Globalisasi Dunia”.
Aruji juga menyampaikan di balik gemerlapnya Jakarta, semua orang tahu banyak persoalan mendasar seperti kesenjangan ekonomi, harga tanah yang melambung tinggi dan kesempatan usaha yang belum merata.
"Serta makin kuatnya pengaruh kapital global yang sering menyingkirkan pelaku lokal," ungkap Aruji dalam keterangan tertulis, Senin 10 November 2025.
Selanjutnya Aruji menambahkan bahwa ironi sosial juga masih kuat terasa. Utamanya soal dugaan penyalahgunaan bantuan sosial untuk hal hal negatif.
“Bayangkan, dari penerima bantuan sosial di Jakarta, 60 persen justru digunakan untuk perjudian daring. Ini fakta miris yang harus menjadi perhatian bersama,” tegasnya.
Menurut Aruji, semangat berdikari sebagaimana diajarkan oleh Bung Karno harus kembali dimaknai secara utuh.
“Berdikari bukan berarti menutup diri dari dunia dan mengasingkan diri, tapi ini menegaskan kemandirian bangsa dan daerah untuk tidak bergantung pada kekuatan asing,” katanya.
Sementara Ketua DPD PA GMNI Jakarta Raya Ario Sanjaya menyampaikan, pihaknya ingin agar Jakarta tumbuh sebagai kota modern dan global yang tetap berpihak pada rakyat kecil.
“Kemandirian ekonomi bukan hanya soal angka pertumbuhan, tapi bagaimana ekonomi kota ini bisa mensejahterakan warga dan memperluas kesempatan kerja. Global city yang sejati adalah kota yang beradab, manusiawi, dan inklusif,” tambah Ario.









